Habitat asli bunga itu ada di Centinela Ridge, hutan hujan tropis lebat di kaki pegunungan Andes dekat kota Santo Dominico, Ekuador. Pada suatu masa, hutan ini terkenal karena rimbun dan selalu ditutupi awan. Curah hujannya yang tinggi berkontribusi pada kekayaan keanekaragaman hayati.
Undang-Undang Reformasi Tanah Ekuador mendorong konversi tanah “tidak produktif” menjadi lahan pertanian dan perkebunan. Aturan ini yang kemudian mendorong tingginya tingkat deforestasi di Ekuador.
Ahli Biologi tengah berputus asa ketika memberi nama Gasteranthus extinctus untuk spesies bunga oranye terang pada 2000. Extinctus merupakan kata Latin yang bermakna punah. Ahli biologi menduga bunga tersebut sudah punah sebelum memiliki nama. Habitat asli bunga tropis endemik dari hutan Ekuador itu telah dibabat habis untuk perkebunan pisang dan kakao. Bunga itu merupakan spesimen yang diambil pada 1981.
Deforestasi di Ekuador merupakan yang tertinggi selama abad kedua puluh. Sekitar 97% dari area Centinela Ridge diperkirakan sudah ditebang. Sementara 3% lagi hanya sepetak sisa hutan yang tidak bisa ditebang. Misalnya karena berada di kawasan tebing curam yang mustahil digunakan untuk pertanian.
Dampak deforestasi Centinela sebegitu menyedihkannya sampai-sampai ada istilah: Centinela extinction atau kepunahan Centinela. Istilah itu menggambarkan kepunahan spesies sebelum ditemukan oleh sains, sehingga terlambat untuk menerapkan langkah-langkah konservasi.
Sejumlah botanis telah menggelar ekspedisi dan menjelajahi beberapa tempat di Ekuador untuk menemukan bunga ini dan beberapa spesies langka endemik dari Centinela Ridge. Beberapa tanaman lain yang diduga punah di Centinela Ridge ternyata masih hidup di kawasan lain. Tetapi khusus untuk bunga G. extinctus hasilnya tetap nihil.
Ketika peneliti Nigel Pitman dan Dawson White menerima dana dari Dewan Wanita Museum Field untuk mengunjungi Centinela Ridge, mereka membentuk tim terdiri dari sepuluh ahli botani dari enam institusi berbeda di Ekuador, AS, dan Prancis, termasuk Juan Guevara, Thomas Couvreur, Nicolás Zapata, Xavier Cornejo, dan Gonzalo Rivas. Semuanya ahli botani top dengan kekhususan masing-masing.
Mereka kemudian menggunakan citra satelit untuk mengidentifikasi sisa hutan hujan primer yang masih utuh. “Ini sulit. Karena Sebagian besar citra wilayah itu tertutup awan,” kata White, pertengahan April lalu.
Pada 13 November 2021, mereka tiba di lokasi yang dulunya merupakan Centinela Ridge. Titik berawan pada citra satelit yang membingungkan itu ternyata merupakan bagian terakhir sisa hutan Centinela yang masih ada. Selama tiga hari kerja lapangan, mereka melakukan perjalanan melalui jaringan jalan pedesaan yang luas dengan truk, mencari sisa-sisa hutan primer di atas ketinggian 500 meter.
Ada 20 lokasi sisa-sisa seperti itu. Sebagian besar berupa strip hutan di sepanjang jurang atau petak kecil kurang dari 5 hektare di lereng yang terlalu curam untuk penggunaan sebagai peternakan sapi perah atau perkebunan. Ada juga satu sisa hutan yang terpelihara dengan baik berukuran setidaknya 50 hektare dan cukup besar untuk mempertahankan populasi monyet (Alouatta palliata aequatorialis).
“Kami berjalan ke Centinela dengan berpikir itu akan menghancurkan hati kami,” kata Pitman. Dua jam kemudian mereka melihat bunga neon oranye yang tumbuh di tanah yang lembab di samping air terjun dekat cagar alam Bosque y Cascada Las Rocas. Gasteranthus extinctus memiliki kekhasan bunga oranye terang berbentuk bulat, kantong berperut buncit, dengan bukaan kecil di bagian atas untuk penyerbuan dan rambut tipis melapisi batangnya.
Untuk memastikannya, mereka mengirim foto flora tersebut ke spesialis taksonomi untuk konfirmasi. Hasilnya: benar. Gasteranthus extinctus yang sesungguhnya tidak punah. Fakta ini baru ditemukan 40 tahun setelah spesimen diambil.
Tim ahli botani lalu mengambil lebih banyak foto dan dengan hati-hati mengumpulkan beberapa bunga yang jatuh dari tanah di sekitar tanaman. Sebab, mereka tidak mau mengambil risiko membunuh anggota spesies terakhir yang masih hidup hanya untuk membuktikan keberadaannya.
Namun di bagian lain dari hutan yang dulunya luas, mereka menemukan lebih banyak Gasteranthus extinctus. Itu memberi mereka kesempatan untuk mengambil beberapa spesimen, termasuk sampel daun, yang akan digunakan untuk pengurutan DNA untuk mempelajari lebih lanjut tentang spesies dan bagaimana hubungannya dengan tanaman lain.
Temuan Gasteranthus extinctus yang kembali dari kepunahan ini telah dipublikasikan di Phytokeys, pertengahan April 2022. Temuan ini merupakan harapan bagi keanekaragaman hayati. Seperti halnya kepunahan terjadi di Centinela Ridge, ada juga spesies yang bangkit dari kepunahan, mendapatkan kesempatan kedua, meski nama spesies yang berarti kebinasaan itu tidak akan diganti.
Spesies Gasteranthus extinctus kini berstatus kritis (critically endangered) dan upaya untuk melindungi habitat aslinya sedang digalakkan. Laju deforestasi Ekuador telah berkurang setengahnya sejak tahun 1990-an tetap termasuk yang tertinggi di dunia untuk ukuran negara itu. Keberadaan bunga ini menunjukkan bahwa belum terlambat untuk membalikkan skenario keanekaragaman hayati terburuk, meskipun saat ini kita berada di zaman kepunahan.
sumber: forestdigest