Altingian excelsa Noronha atau yang kita kenal dengan nama pohon rasamala adalah salah satu jenis pohon hutan yang banyak tumbuh di daerah Jawa Barat. Kayu yang dihasilkan dari pohon ini termasuk kayu yang kuat dan awet, sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Pohon ini juga menjadi vegetasi yang mendominasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Sebab, pohon ini menjadi salah satu dari berbagai jenis tanaman yang sengaja ditanam oleh Perum Perhutani sebagai tanaman akan diambil manfaat kayunya.
Mengenal Rasamala
Pada habitat alami, rasamala dapat tumbuh mencapai ketinggian 60 meter. Berdasarkan penelitian, spesies ini berasal dari Pegunungan Himalaya kemudian menyebar ke Burma, Semenanjung Malaya, Sumatera hingga Jawa.
Beberapa daerah di Indonesia mengenal pohon ini dengan nama lain, seperti Mala, Tulasan dan Mandung. Sedangkan di negara seperti di Burma dinamakan Nantayok, di Laos dinamakan Sop dan di Thailand dinamakan Hom.
Pohon rasamala dapat tumbuh didaerah dengan ketinggian 500 m hingga 1500 m diatas permukaan laut dengan kondisi berbukit dan lembap. Curah hujan yang diperlukan adalah 100 mm per bulan pada kondisi tanah vulkanik yang subur. Sebaran rasamala di Indonesia, antara lain di Jawa Barat, Bengkulu dan Bukit Barisan.
Taksonomi
Pohon rasamala pertama kali ditemukan oleh peneliti yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda bernama Willem Arnold Alting pada tahun 1724-1800. Selain Alting, sebenarnya pohon ini juga diteliti oleh seorang ahli botani yang berasal dari Portugis, bernama Fransisco Noronha yang tengah berkunjung ke Pulau Jawa.
Tingkatan taksonomi Altingia excelsa menurut Woodland (1997) adalah sebagai berikut:
Kingdom | Plantae |
Divisi | Spermatophyta |
Kelas | Magnoliopsida |
Ordo | Hamamelidales |
Famili | Hamamelidaceae |
Genus | Altingia |
Spesies | A. excelsa Noronha |
Menurut para peneliti tersebut, pohon ini memiliki sebaran yang sangat luas.
Sebaran
Kawasan Asia merupakan sebaran utama dari pohon rasamala. Pohon ini tersebar mulai dari Tibet Selatan, Assam (India), hingga Asia Tenggara termasuk Cina Selatan hingga Malesia (Indomalaya).
Di kawasan Indomalaya atau Malesia, terdapat jenis rasamala yang hanya ada di daerah ini, yaitu A. excelsa yang tersebar dari Himalaya menuju ke wilayah lembap di Myanmar hingga Semenanjung Malaysia, Sumatera, dan Jawa.
Di beberapa tempat di Indonesia, rasamala juga dikenal dengan sebutan lain, seperti mala, tulasan dan mandung. Sedangkan masyarakat Melayu menamakannya dengan raksamala atau ra’samala. Berbeda pula sebutannya di daerah Sunda, disini pohon ini disebut dengan gadog. Begitu pula di Tapanulli yang menyebutnya tulason.
Di negara lain, seperti Myanmar pohon rasamala disebut natayok dan di Thailand disebut dengan sop, hom, dan satu.
Ciri Morfologi & Karakteristik
Pohon rasamala merupakan tumbuhan yang selalu hijau. Tingginya mencapai 40 m hingga 60 m dengan cabang bebas 20 m hingga 35 m. Diameter batangnya sekitar 80 cm hingga 150 cm. Pada bagian kulit, memiliki tekstur halus dan berwarna abu-abu dan kayunya berwarna merah.
Pohon rasamala muda memiliki tajuk yang rapat dan berbentuk seperti segitiga atau pyramid kemudian semakin membulat sesuai dengan pertambahan usia pohon. Daun-daun rasamala berukuran 6 cm hingga 12 cm dan lebar 2,5 cm hingga 5 cm serta berbentuk lonjong dengan letak bergiliran. Tepi daun berbentuk bergerigi halus.
Bunga rasamala merupakan bunga berkelamin satu, sehingga terdapat bunga jantan dan betina di pohon yang sama. Berdasarkan karakternya, bunga yang tidak memiliki kelopak dan mahkota, benang sari yang banyak dan kepala putih berupa papila, maka secara alami penyerbukannya dibantu oleh angin atau serangga.
Pohon rasamala menghasilkan buah dan benih. Buahnya berwarna coklat dan berbentuk seperti kapsul dengan ukuran sekitar 1,2 cm – 2,5 cm. Buah ini terdiri dari 4 ruang dimana setiap ruang berisi 1 – 2 benih yang telah dibuahi dan benih yang tidak dibuahi berjumlah 35 benih.
Buahnya dapat dipanen jika warnanya telah berubah menjadi hitam. Jika terlambat melakukan pemanenan, maka buah akan pecah dan benih akan tersebar. Benih tersebut memiliki aroma khas dan berbentuk pipih dengan sayap disekelilingnya. Sistem perkecambahan benih rasamala adalah perkecambahan epigeal.
Hampir sepanjang tahun pohon rasamala akan berbunga dan berbuah. Namun, pada bulan April dan Mei adalah waktu puncaknya dan pada bulan Agustus hingga Oktober merupakan waktu terbaik untuk mengumpulkan benihnya.
Untuk digunakan sebagai bibit, buah rasamala harus diekstrasi dengan penjemuran selama 2 hari atau mengeringkannya pada suhu 38 derajat hingga 42 derajat Celcius selama 20 jam. Kemudian buah akan terbuka dan benih dapat diambil.
Ketahanan benih tersebut hanya sekitar 12 minggu jika dikeringkan hingga memiliki kadar air 5% – 8% dan menyimpannya di plastik kedap udara, serta disimpan dalam ruang bersuhu 5 derajat hingga 8 derajat Celcius.
Benih yang diambil sebaiknya segera ditabur karena viabilitas benih ramasala cepat menurun. Sebelum ditabur, sebaiknya merendam benih ke dalam air selama 24 jam kemudian ditebar pada media campuran pasir dan tanah.
Perkecambahan akan terjadi pada hari ke 10 dan setelah berumur 1 bulan, dapat dipindah ke media tanam yang lebih luas dan diberi pupuk organik.
Kita juga dapat memperoleh benih rasamala dengan membelinya pada penyedia benih tanaman. Dalam setiap 1 kg benih yang dibeli, kita akan memperoleh 75.000 hingga 175.000 butir benih.
Habitat
Hutan hujan tropis merupakan habitat alami pohon rasamala. Pohon ini cocok tumbuh di daerah pegunungan atau bukit lembap seperti Taman Nasional Gede Pangrango.
Di habitat hutan, rasamala menjadi pohon yang dimanfaatkan sebagai habitat 32 jenis burung. Selain itu, Owa Jawa juga memilih pohon rasamala untuk melakukan kegiatan dan mengeluarkan suara.
Pohon rasamala sangat baik tumbuh di ketinggian 500 hingga 1500 meter diatas permukaan laut dengan kawasannya yang bersifat kering, basah atau sedang.
Jenis tanah yang baik untuk pertumbuhannya adalah tanah vulkanuk yang kaya akan unsur hara dan selalu lembab dengan curah hujan bulanan sekitar 100 mm per bulan.
Manfaat Rasamala
Berikut ini adalah berbagai kegunaan yang dapat diambil dari pohon rasamala, yaitu:
- Kayu rasamala memiliki sifat awet dan kuat meskipun disimpan dan kontak langung dengan tanah. Kayunya cocok digunakan untuk berbagai keperluan bangunan seperti jembatan, tiang, dan bantalan kereta api.
- Selain memanfaatkan kayunya, kita juga dapat memanfaatkan getahnya yang memiliki aroma wangi. Getah tersebut sering digunakan untuk campuran pewangi ruangan.
- Daun rasamala seringkali dikonsumsi sebagai lalapan, terutama daun muda yang masih berwarna merah.
- Selain itu, daun rasamala juga dapat digunakan untuk obat batuk.
- Pohon ini banyak digunakan untuk reboisasi karena memiliki cabang lebar dan teduh.
- Akar rasamala digunakan sebagai hiasan dekorasi karena bentuknya yang memiliki nilai seni, contohnya pada aquascape.
Selain itu, pohon rasamala juga dapat digunakan untuk mendukung program reboisasi. Contohnya adalah program reboisasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Jawa Barat. Pohon ini banyak ditanam sebagai pohon utama dengan jarak tanam yang rapat, karena memiliki kerentanan jika terlalu banyak memperoleh sinar matahari.
Kayu Rasamala
Pohon rasamala menghasilkan kayu dengan tingkat keawetan kelas II dan memiliki berat jenis 0,6 hingga 0,8. Dalam perdagangan kayu, kayu rasamala cenderung mempunya harga pasaran yang murah.
Bagian kulit kayunya berwarna abu-abu dengan batang kayu berwarna merah. Kayu rasamala merupakan kayu yang awet meskipun tanpa perlakuan khusus dan bersentuhan dengan tanah. Sehingga, banyak digunakan para penghobi aquascape untuk dekorasi.
Kayu rasamala yang telah benar-benar kering tidak akan mengeluarkan zat tanin dalam jumlah besar. Kayu ini berlekuk-lekuk dengan warna kemerahan dan ukurannya ramping. Di pasaran, harga kayu rasamala sekitar 30 ribu hingga ratusan ribu tergantung pada ukuran dan bentuknya.
Rasamala Berumur 350 Tahun
Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdapat pohon rasamala yang diperkirakan telah berusiak 350 tahun. Pohon tua tersebut memiliki diameter sekitar 4 meter dan dimanfaatkan untuk menopang “Canopy Trail” yang merupakan salah satu jenis wisata di TNGGP.
Status Kelangkaan
Populasi pohon rasamala saat ini tidak berada dalam kondisi kelangkaan atau terancam punah. Hal ini didukung oleh tidak adanya nama pohon rasamala dalam daftar IUCN Redlist maupun CITES.
Seperti yang kita tahu, IUCN atau International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources adalah organisasi dengan anggota pemerintah, masyarakat sipil, dimana lembaga tersebut mengeluarkan IUCN Red List of Threatened Species berupa daftar status kelangkaan suatu spesies.
Sedangkan CITES atau Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora adalah perjanjian internasional yang beranggotakan pemerintahan negara-negara di dunia untuk memastikan perdagangan spesies hewan dan tumbuhan tidak menyebabkan ancaman bagi kelangsungan hidup suatu spesies.
Meskipun tidak ada dalam kedua daftar status konservasi tersebut, tentu pemanfaatan bijak terhadap pohon ini harus dilakukan agar keberadaannya di alam tetap lestari.
Budidaya
Meski dikatakan sulit, namun budidaya rasamala tetap dapat dilakukan. Budidaya diawali dengan pengumpulan biji dari buah yang telah matang atau tua. Buah yang telah tua atau matang ditandai dengan jatuhnya buah ke tanah dan memiliki warna hitam.
Selanjutnya, biji dapat diambil dari dalam buah dengan cara ekstraksi atau penjemuran selama dua hari atau menggunakan alat pengering selama 20 jam pada suhu 38 hingga 42 derajat Celcius.
Setelah kering, secara alami buah rasamala akan pecah dan biji yang akan dijadikan benih dapat diambil. Selanjutnya, lakukan pemilihan kualitas benih berdasarkan beratnya.
Benih yang masih segar kemudian direndam selama 24 jam untuk selanjutnya dapat ditabur agar kualitas (viabilitas) benih tidak menurun. Sebab, berdasarkan hasil penelitian dari Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan Bogor menyatakan bahwa viabilitas benih hanya mampu bertahan sekitar 12 minggu pada benih yang benar-benar kering.
Media tabur benih pohon rasamala dapat menggunakan campuran pasir dan tanah dengan komposisi 1:1. Perkecambahan akan muncul pada hari ke-10. Apabila kecambah telah mencapai umur 1 bulan, maka dapat dipindah ke dalam polybag yang media tanamnya berisi campuran tanah, pupuk organik dan pasir.
Budidaya rasamala (Altingia excelsa Noronha) dapat dilakukan untuk tujuan pelestarian populasi serta mencukupi permintaan bahan baku industri kayu ini.